Wednesday, June 22, 2016
Home »
» Nasib Pemecah Batu, Banting Tulang Sehari Upahnya Rp 10 Ribu
Nasib Pemecah Batu, Banting Tulang Sehari Upahnya Rp 10 Ribu
Sampang (beritajatim.com) - Di bulan Ramadan, sebagian warga memilih untuk memperbanyak tidur dan beristirahat di rumah. Bahkan, karena umat muslim berpuasa sehari penuh, tidak makan dan tidak minum, pemerintah pusat pun mengurangi jam kerja bagi para Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Namun itu semua tak berlaku bagi Kakek Ahmad (70) warga Kelurahan Delpenang Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang, Madura. Meski berpuasa sehari penuh, kakek Ahmad, semenjak lepas salat subuh sudah beraktivitas mencari nafkah.
Dengan menempuh jalan tanjakan kurang lebih 2 Km, kakek Ahmad menuju kawasan perbukitan batu di Desa Gunung Madah. Tak disangka, di perbukitan itu, Kakek Ahmad memulai aktivitasnya dengan bekerja sebagai pemecah bongkahan batu menjadi batu krikil untuk bahan cor bangunan.
Walau wajah mulai keriput dan otot mulai kendor, kakek Ahmad tetap semangat bekerja meski berpuasa sehari penuh.
Sudah berapa lama si kakek ini menekuni pekerjaannya sebagai pemecah batu? Dengan nada lemas karena seharian bekerja di bawah atap daun-daun kering, kakek Ahmad bercerita tentang hidupnya.
"Sudah 20 tahun saya bekerja seperti ini. Sebelumnya saya bisa ngecat dan bersih-bersih di rumah orang. Sekarang sudah tidak ada yang membutuhan saya," kata Kakak Ahmad, Rabu (22/6/2016).
Yang lebih sedih lagi, Ahmad setiap harinya hanya bisa mengantonggi uang Rp 10 ribu. Sebab, satu keranjang batu cor hanya dihargai Rp 2000.
"Setiap hari saya bisa mengumpulkan 10 kerangjang batu, jadi kalau Rp 2000 per keranjang maka saya bisa membawa uang Rp 10 ribu," tandasnya.
Pantauan di lokasi, pemecah batu di perbukitan batu Desa Gunung Madah, sekitar 8 orang, mereka rata-rata adalah warga yang hidup di bawah garis kemiskinan.
0 comments:
Post a Comment