Situbondo - Ismail Hidayah (43), mantan pengikut Dimas Kanjeng
Taat Pribadi yang tewas dibunuh, termasuk salah seorang pencetus
padepokan. Pria asal Desa Wringinanaom, Kecamatan Panarukan, itu kenal
dan bergabung dengan Dimas Kanjeng sejak tahun 2010 silam. Ismail
tertarik dengan ritual Dimas Kanjeng yang gemar menarik benda-benda
pusaka dari alam gaib.
"Jadi suami saya itu pencetus nama padepokan. Tapi awalnya sampai suami saya hilang, tidak ada istilah penggandaan uang. Yang ada itu penarikan benda-benda pusaka yang dilakukan oleh Dimas Kanjeng," kata Bibi Rasemjan, istri Ismail Hidayah saat ditemui di ruko miliknya, Kamis (29/9/2016).
Lebih jauh, wanita 41 tahun itu menuturkan, Ismail Hidayah sendiri kenal dengan Dimas Kanjeng setelah sering bersama dengan Abdul Kadir, pria yang dikenalnya saat bekerja di PJTKI di Surabaya. Sejak saat itu, Ismail sering menemui Dimas Kanjeng bersama Abdul Kadir untuk melakukan penarikan benda-benda gaib di berbagai wilayah, seperti di Malang, Blitar, dan daerah lainnya.
Ismail diberi amanat untuk menyampaikan tentang penarikan benda-benda gaib oleh Dimas Kanjeng ke semua orang. Banyak yang tertarik untuk bergabung dan menginvestasikan sejumlah dananya.
"Awalnya tidak pakai kuitansi, tapi makin lama semakin banyak. Akhirnya saya pakai kuitansi. Tapi uang setoran itu tidak semua masuk lewat kami. Ada sebagian yang disetorkan langsung ke orang dekat Dimas Knjeng, tapi catatan kuitansinya di saya," tutur perempuan yang akrab disapa Neng ini.
Lambat laun, pengikut Dimas Kanjeng semakin banyak, hingga digagaslah istilah Padepokan. Menurut Neng, selain menjadi salah satu pencetus padepokan, suaminya juga terlibat langsung dalam pembangunan 'istana' Dimas Kanjeng. Dimas kanjeng kemudian terkenal bisa menggandakan uang.
"Yang jelas, Ismail mengetahui banyak bukti penipuan. 2 tahun sebelum hilang, Ismail sudah menyelidiki seluk beluk padepokan," ungkap Neng.
Saat ditanya terkait kehidupannya setelah suaminya hilang, Neng mengatakan harus pontang-panting mencari nafkah sendiri untuk menghidupi kedua anaknya. Bahkan, meski kejadian itu sudah lebih satu tahun, Neng sendiri belum menyampaikan yang sesungguhnya terjadi pada kedua anaknya. Setiap anaknya bertanya tentang Ismail, Neng selalu menutupinya dengan alasan sedang ada tugas di luar kota.
Kini terungkap, bahwa Ismail dibunuh orang suruhan Dimas Kanjeng. Pelakunya 10 orang. Otaknya adalah Dimas Kanjeng.
"Jadi suami saya itu pencetus nama padepokan. Tapi awalnya sampai suami saya hilang, tidak ada istilah penggandaan uang. Yang ada itu penarikan benda-benda pusaka yang dilakukan oleh Dimas Kanjeng," kata Bibi Rasemjan, istri Ismail Hidayah saat ditemui di ruko miliknya, Kamis (29/9/2016).
Lebih jauh, wanita 41 tahun itu menuturkan, Ismail Hidayah sendiri kenal dengan Dimas Kanjeng setelah sering bersama dengan Abdul Kadir, pria yang dikenalnya saat bekerja di PJTKI di Surabaya. Sejak saat itu, Ismail sering menemui Dimas Kanjeng bersama Abdul Kadir untuk melakukan penarikan benda-benda gaib di berbagai wilayah, seperti di Malang, Blitar, dan daerah lainnya.
Ismail diberi amanat untuk menyampaikan tentang penarikan benda-benda gaib oleh Dimas Kanjeng ke semua orang. Banyak yang tertarik untuk bergabung dan menginvestasikan sejumlah dananya.
"Awalnya tidak pakai kuitansi, tapi makin lama semakin banyak. Akhirnya saya pakai kuitansi. Tapi uang setoran itu tidak semua masuk lewat kami. Ada sebagian yang disetorkan langsung ke orang dekat Dimas Knjeng, tapi catatan kuitansinya di saya," tutur perempuan yang akrab disapa Neng ini.
Lambat laun, pengikut Dimas Kanjeng semakin banyak, hingga digagaslah istilah Padepokan. Menurut Neng, selain menjadi salah satu pencetus padepokan, suaminya juga terlibat langsung dalam pembangunan 'istana' Dimas Kanjeng. Dimas kanjeng kemudian terkenal bisa menggandakan uang.
"Yang jelas, Ismail mengetahui banyak bukti penipuan. 2 tahun sebelum hilang, Ismail sudah menyelidiki seluk beluk padepokan," ungkap Neng.
Saat ditanya terkait kehidupannya setelah suaminya hilang, Neng mengatakan harus pontang-panting mencari nafkah sendiri untuk menghidupi kedua anaknya. Bahkan, meski kejadian itu sudah lebih satu tahun, Neng sendiri belum menyampaikan yang sesungguhnya terjadi pada kedua anaknya. Setiap anaknya bertanya tentang Ismail, Neng selalu menutupinya dengan alasan sedang ada tugas di luar kota.
Kini terungkap, bahwa Ismail dibunuh orang suruhan Dimas Kanjeng. Pelakunya 10 orang. Otaknya adalah Dimas Kanjeng.
0 comments:
Post a Comment