Harga Cabai Naik, Kementan Sidak Lahan Pertanian di Blitar - Polres Blitar Periksa Dua Tersangka Workshop K2 - Kejari Blitar Tetapkan Tersangka Korupsi Pilpres KPUD Jadi DPO - Dua Sejoli Jadi Korban Makin Beringas, Begal di Malang Juga Incar 'Anunya' Korban

Sunday, September 4, 2016

Anak Korban Prostitusi Gay Sudah Berolahraga, Berharap Kembali Sekolah


Anak Korban Prostitusi Gay Sudah Berolahraga, Berharap Kembali Sekolah Foto: Ilustrator Andhika Akbarayansyah
Jakarta - Tujuh anak korban prostitusi untuk kaum gay masih berada di Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) Kementerian Sosial. Pemeriksaan kesehatan masih berlangsung hingga Senin pekan depan. Bagaimana kondisi kejiwaan mereka?

"Sudah diassesment. Kalau kondisi mental mereka secara ini cukup baik, mereka enggak terlalu terlihat bagaimana gitu enggak. Sudah digali sumber permasalahannya seperti apa sama tenaga medis, psikolog," kata Kepala RPSA PSMP Handayani Bambu Apus, Jakarta Timur, Neneng Heryani saat dihubungi detikcom, Jumat (2/9/2016).

Neneng mengatakan, para korban menyadari bahwa yang mereka lakukan itu salah dan paham soal dampak dari perbuatan tersebut. Pihak RPSA memberikan pendekatan agama, nilai, norma dan budaya kepada para korban.

"Mereka menyesal, mereka ingin kembali ke rumah, sekolah lagi, itu harapan mereka. Ingin pulang ke keluarga, bagi mereka keluarga segala-galanya, mereka ingin sekolah lagi," ujarnya.

"Mereka kita beri pemahaman dan penguatan dampak yang mereka lakukan itu akan jadi apa dampaknya buat mereka," sambungnya.

Neneng menjelaskan, pihaknya akan terus memberikan penguatan dan pemahaman kepada korban. Assesment juga terus dilakukan berkali-kali sampai saatnya mereka siap untuk dipulangkan.

"Mereka sudah mau olahraga, main sepakbola mereka," ujarnya.

Ditambahkannya, para orangtua korban juga datang menemui anaknya. Orangtua berharap mereka segera kembali dan sekolah lagi.

"Orangtuanya bisa menerima kok, semalam kita beri pemahaman sampai malam, gak usah dimarahi, ditegur boleh, tapi nggak usah dimarahi. Orangtua Mereka shock. Tapi kita beri pemahaman, harus menerima," tuturnya.

"Karena ini adalah anak yang masih di dalam genggaman kan yang mau diapakan kan masih dalam genggaman orangtua, yang terbaik kan berada di orangtua, berarti pengawasannya diperketat lagi, kualitas pengasuhannya lebih baik lagi," urainya.

0 comments:

Post a Comment